Segera setelah kebijakan sertifikasi digulirkan pemerintah,
banyak guru yang kemudian gamang mengenai arti
sesungguhnya dari ‘profesionalisme’. Guru yang mengajar di kelas dari
hari ke hari punya dua ujung sebagai perjalanan kariernya. Ujung pertama
adalah rutinitas, artinya ia akan menjadi orang yang pasif, terjebak
rutinitas, cenderung bekerja demi mengharapkan gaji dan tunjangan di akhir
bulan. Ujung kedua adalah ia semakin cinta pada profesi dan terus
meningkatkan diri serta merasa hidupnya ‘berkah’ karena mengajar dan
menyebarkan ilmu.
Pasti semua dari kita ingin menjadi guru yang menemui ujung kedua
seperti yang saya ceritakan di atas. Untuk sampai kesana tidak bisa
tidak kita membutuhkan karakter. Sebuah karakter yang memang tidak mudah
untuk dipraktekkan serta berhubungan dengan banyak faktor lain.
Silahkan mencermati karakter
apa saja yang bisa membuat seorang guru
menjadi guru profesional;
1. Rendah hati
Karakter ini membuat seorang guru berpikiran terbuka serta mudah
menerima hal-hal baru. Di depan siswa atau sesama guru ia terus terang
jika tidak tahu. Maklum ditengah pesatnya pertumbuhan dan akses kepada
informasi, semua orang benar-benar mesti belajar kembali dan bersedia
menjadi seorang pembelajar. Hal ini membuat ia menjadi mitra belajar
yang mengasyikkan bagi siswa dan sesama guru. Karakter rendah hati juga
menjadi pembuka jalan bagi masuknya ilmu baru. Di sebuah sekolah jika
semua gurunya rendah hati akan terjadi transfer ilmu dan terbentuk
komunitas pembelajar, karena semua orang dihargai dari apa kontribusi
tenaga dan ilmunya dan bukan dari seberapa seniornya ia di sekolah.
2. Pandai mengelola waktu
Sebagai seorang yang bekerja dengan administrasi serta tugas mengajar
yang banyak setiap minggunya, guru dituntut untuk pandai mengelola
waktu. Bukan cuma siswa dikelas saja yang punya hak terhadap diri kita,
namun juga keluarga terdekat kita di rumah yang memerlukan perhatian.
Guru yang pandai mengelola waktu membedakan prioritas dalam bekerja,
mana yang mesti dikerjakan sekarang atau yang mesti digarap secara
bertahap.
3. Menghargai proses.
Saat mengajar sering kita pulang ke rumah dalam keadaan yang sangat
lelah. Sering juga kita dilanda kebosanan sambil berucap dalam hati
“seperti inikah rasanya jadi guru”. Sebagai manusia biasa wajar sekali
jika perasaan itu datang. Semua perasaan tersebut akan hilang jika
sebagai guru kita menghargai proses. Proses yang saya maksud adalah
seperti jalannya atau perputaran alam semesta yang kita rasakan. Ada
pagi ada siang, ada gelap dan ada terang. Jika suatu saat kita gagal
atau belum berhasil dalam mengajar, hargailah usaha yang diri kita
sendiri lakukan. Sebab mengingat-ingat kegagalan tanpa memandang atau
menghargai usaha diri kita sendiri akan membuat malas di kemudian hari
untuk melakukan inovasi dalam mengajar. Ada perasaan khawatir atau takut
untuk berubah hanya karena pernah gagal. Jika itu terjadi siswa yang
akan jadi korban karena sebagai guru anda akan tampil biasa-biasa saja
dan miskin inovasi.
4. Berpikiran terbuka
Informasi dan ilmu pengetahuan berkembang dan bertambah sedemikian
pesatnya. Dalam hitungan detik informasi bertambah dengan cepat. Saat
ini informasi ada di mana saja, semua tersedia tinggal bagaimana
seseorang dengan pikirannya bisa mencerna dan memanfaatkan. Sebagai
seorang guru sikap berpikiran terbuka inilah yang paling bermakna saat
ini untuk diterapkan. Dengan berpikiran terbuka guru jadi mudah untuk
menerima perbedaan dan senang akan perubahan. Di kelas dan sekolah sejak
dulu siswa dibagi menjadi murid yang ‘pintar’, ‘bodoh’ dan
‘sedang-sedang saja’. Belum ada pikiran yang terbuka yang mengatakan
bahwa setiap anak adalah unik dan bisa menjadi ‘juara’ di bidangnya
masing-masing. Saat guru berpikiran terbuka ia akan bisa sekuat tenaga
membuat setiap siswa di kelasnya meraih masa depan sesuai potensinya.
Dengan pikiran terbuka guru juga jadi mudah untuk menyerap ilmu dari
siapa saja tanpa mesti katakan “aah saya sudah tahu” atau “ah saya sudah
pernah menerapkan” karena di masa sekarang ini ilmu bisa datang dari
siapa saja, ia bisa datang dari buku dan media massa, sesama guru, orang
tua siswa bahkan dari siswa kita di kelas.
5. Percaya diri
Bedakan antara rasa percaya diri dan sombong. Dalam mempersiapkan dan
merencanakan pengajaran di kelas bisa saja guru mengatakan semua yang
akan diajarkannya sudah ada di ‘luar kepala’ hal ini berarti sama saja
mengatakan sebagai guru ia anti terhadap kegiatan belajar lagi. Padahal
bukan seperti itu guru yang percaya diri. Guru yang percaya diri akan
sekuat tenaga mempersiapkan sambil tetap percaya diri jika ada masalah
yang timbul saat ia sedang melaksanakan perencanaan pengajarannya. Ia
yakin sesulit apapun masalah yang timbul saat ia sedang melaksanakan
hasil perencanaan pengajarannya, tetap akan memberikan pengalaman dan
masukan bagi karier mengajarnya di masa depan".
Sumber : http://gurukreatif.wordpress.com/2012/01/19/5-karakter-guru-yang-profesional/
No comments:
Post a Comment